AIR’S GOOD DAY
Kemarin (tanggal 4-5 April 2009), Muktamar AIR berlangsung. Masa kepengurusan yang lama telah selesai, dan kepengurusan yang baru akan dimulai. Berbagai cuap-cuap ilmiah (opsi, rasionalisasi, justifikasi, afirmasi) telah menghiasi momen setahun sekali ini. Berbagai agenda telah digelar, mulai dari agenda LPJ, GBHO, MPO, dan segala anasir muktamar lainnya. Dan tulisan ini jelas bukan bermaksud menjadi sebuah berita (dengan segala kelengkapan atribut kabar serta kaedahnya), namun sekedar buah pikiran-hati yang tiba-tiba berlabuh di pesisir kesadaran.
Bukan main. Hanya kebahagiaan yang terlihat dua hari itu. Sungguh, begitu banyak azzam fastabiqul khoirot yang termanifestasikan lewat berbagai baku hantam argumen, perbedaan pendapat, pelurusan, dan sampai kritik selera pedas. Namun, kita semua yakin bahwa jika muara perbuatan dan perkataan adalah niat yang lurus, maka akhirnya akan sampai pada samudera keikhlasan, meski harus berjalan berkelok-kelok dan penuh jalan curam. Sehingga, konklusi sementaranya akan menjadi seperti ini, perbedaan itu akan selalu hidup dan berkembang, selama niat dan proses yang ditempuh adalah dengan benar, maka janganlah khawatir. Pergesekan-pergesekan antar ide dan gagasan akan menjadi sebuah percikan-percikan kebenaran dan amal yang tentunya akan bernilai positif sebagai tholabul ’ilmi dan taqarrub diri pada Allah SWT Yang Maha Mengetahui.
Hal lainnya yang perlu disadari adalah tentang satu kata, perubahan. Kata perubahan dengan jargon unggulannya “tak ada yang abadi selain perubahan itu sendiri”, dan tentunya juga Allah Yang Maha Abadi.
Akan ada yang perlu dirubah dan yang tidak perlu dirubah. Muktamar kemarin telah membuktikannya. Telah terjadi beberapa perubahan dan ketidakberubahan. Tapi sekali lagi janganlah khawatir. Analogi simpelnya seperti ini, padi yang tumbuh di sawah haruslah tumbuh dan berkembang agar bisa berbuah, sejauh tetap tertancap pada sawah. Selama perubahan itu menuju ke arah yang lebih baik, akan menjadi sebuah keharusan, asal tetap pada pijakan trilogy kebenaran dalam Islam, Al Quran, Sunnah, dan Ijtihad.
AIR -kalau boleh saya katakan- adalah bentuk pengejawantahan antara ketidaktenangan hati dan pikiran (ruhiyah dan aqliyah) dalam mencari kebenaran (dunia wahyu dan sains), dengan ridlo Allah sebagai tujuan. Maka mari kita jadikan hadiah gusti Allah ini sebagai pena emas di goresan kisah hidup kita. Betapa banyak rasionalisasi yang mengusung pendapat tentang betapa pentingnya berorganisasi. Ya! Untuk mengalahkan kebathilan yang terorganisir kita pun juga harus terorganisir.
Masih banyak mimpi-mimpi AIR yang belum terlaksana dan begitu banyak filosofi hikmah AIR (air) yang belum dimiliki. Semoga di tangan sahabat kita, akhi kita, sobat kita, saudara kita, SELAMET HARIADI- sosok terideal untuk menjadi kapten kapal dakwah ini- bersama tangan-tangan yang lainnya sanggup membangunkan AIR untuk mewujudkan mimpi-mimpi kita bersama. Wallahua’lam. [] AB